Kiranya garis takdir cinta kita, berada ditangan kuasaNya. cukup banyak kisah cinta yang saya saksikan disekitar halaman rumah jiwa saya. .dan itu cukup untuk memberikan penyadaran tentang hakikat cinta. Bahwa keinginan kita tak selalu sesuai dengan kehendakNya. karenanya kesiapan jiwa kitalah, dalam menghadapi realita itu, yang harus kita tata. yakni dengan senantiasa menjaga prasangka baik kepadaNya, robb penggenggam langit dan bumi yang memiliki 'arsy yang agung. dzat yang menggengam hati dan kemudian menghimpunnya sesuai kehendak dan keinginanNya. sehingga kita tidak punya hak sama sekali untuk melulu menyalahkan kehendakNya.
karena "...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." ( QS Al Baqarah:216).
Jadi, apa yang perlu kita khawatirkan, sementara janji allah pasti tiada sanksi.
Dari sini pula kita dapat mengerti dan memahami mengapa ada diantara kita yang dalam rangka menuntaskan misi cinta jiwa tadi tak perlu 'berdarah-darah' atau bermandi peluh duka. dia cukup mengutarakan niatnya kepada orang yang ia cintai dan akhirnya tanggal pernikahan sudah terjadwal beberapa hari kemudian. begitulah, ketika harapannya bertemu garis takdir cintanya, sesuai dengan jehendakNya. meskipun sebetulnya pertemuan keduanya sepele, mungkin, menurut ukuran kita. melalui facebook mungkin, atau ternyata adik saudara seperjuanganya sendiri.
Namun saya juga meyakini hal ini. ada juga beberapa diantara kita yang bernasib lain. kalaupun tidak bisa dikatakan tragis, mungkin lebih tepatnya 'cukup' menyedihkan, jika harus melaluinya. jadi tak heran jika ada sepasang aktifis dakwah atau muda mudi yang keliatannya sudah sangat 'dekat' dalam hal interaksi, satu organisasi misalnya. sehingga memiliki ikatan emosi yang kuat, dan bahkan publikpun sudah memvonis mereka sebagai pasangan serasi yang layak sampai kepelaminan. namun garis takdirnya kemudian mendahului dan menentukan akhir cerita yang tidak sesuai dengan harapan dan citacita mereka. karena mereka akhirnya harus terpisah.seluruh prediksi yang selama ini dilontarkan oleh publik meleset. pada akhirnya mereka menikah dengan pasangan mereka masing masing, yang sesuai dengan pilihan orangtuanya misalnya. jadi seperti itulah cinta jiwa, mungkin tuntas dengan manis dan menyejarah, namun mungkin juga tragis dan sangat menyedihkan. ini murni menurut saya, anda boleh tidak sepakat.
Atau mungkin juga, ada yang cinta jiwanya harus terbentur oleh dinding-dinding takdirNya. sehingga ia harus berkali-kali patah hatinya sebelum ia kokoh menemukan sandaran. dan kita semua tidak bisa protes dengan hal itu. karena memang begitulah takdir yang telah ditentukan allah bagi kita. namun kita masih bisa berharap dan bercitacita garis takdir cinta kita, akan baik bagi jiwa, agama, nasab, kehormatan, dan harta kita. namun terlebih dahulu kita harus menemkan benang merah ini, apapun garis takdir yang telah ditentukan pada perjalan cinta kita dalam menuntaskan misinya, kita harus menempatkan cinta kepada dzat yang telah menciptakan cinta, menyemainya ditamantaman peradaban, dan meniupkan ruhul qudus yang menghidupkannya, mekar menghiasi sejarah umat manusia dan mengharum sepanjang masa. Allah azza wajalla, diatas cinta jiwa macam ini. karena dengan seperti itu kita telah menghidupi cinta jiwa kita dengan sebuah misi yang pasti akan menghidupkannya, dan menjadikannya sumber kehidupan bagi kehidupan jiwa kita. Bukan begitu??
karena "...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." ( QS Al Baqarah:216).
Jadi, apa yang perlu kita khawatirkan, sementara janji allah pasti tiada sanksi.
Dari sini pula kita dapat mengerti dan memahami mengapa ada diantara kita yang dalam rangka menuntaskan misi cinta jiwa tadi tak perlu 'berdarah-darah' atau bermandi peluh duka. dia cukup mengutarakan niatnya kepada orang yang ia cintai dan akhirnya tanggal pernikahan sudah terjadwal beberapa hari kemudian. begitulah, ketika harapannya bertemu garis takdir cintanya, sesuai dengan jehendakNya. meskipun sebetulnya pertemuan keduanya sepele, mungkin, menurut ukuran kita. melalui facebook mungkin, atau ternyata adik saudara seperjuanganya sendiri.
Namun saya juga meyakini hal ini. ada juga beberapa diantara kita yang bernasib lain. kalaupun tidak bisa dikatakan tragis, mungkin lebih tepatnya 'cukup' menyedihkan, jika harus melaluinya. jadi tak heran jika ada sepasang aktifis dakwah atau muda mudi yang keliatannya sudah sangat 'dekat' dalam hal interaksi, satu organisasi misalnya. sehingga memiliki ikatan emosi yang kuat, dan bahkan publikpun sudah memvonis mereka sebagai pasangan serasi yang layak sampai kepelaminan. namun garis takdirnya kemudian mendahului dan menentukan akhir cerita yang tidak sesuai dengan harapan dan citacita mereka. karena mereka akhirnya harus terpisah.seluruh prediksi yang selama ini dilontarkan oleh publik meleset. pada akhirnya mereka menikah dengan pasangan mereka masing masing, yang sesuai dengan pilihan orangtuanya misalnya. jadi seperti itulah cinta jiwa, mungkin tuntas dengan manis dan menyejarah, namun mungkin juga tragis dan sangat menyedihkan. ini murni menurut saya, anda boleh tidak sepakat.
Atau mungkin juga, ada yang cinta jiwanya harus terbentur oleh dinding-dinding takdirNya. sehingga ia harus berkali-kali patah hatinya sebelum ia kokoh menemukan sandaran. dan kita semua tidak bisa protes dengan hal itu. karena memang begitulah takdir yang telah ditentukan allah bagi kita. namun kita masih bisa berharap dan bercitacita garis takdir cinta kita, akan baik bagi jiwa, agama, nasab, kehormatan, dan harta kita. namun terlebih dahulu kita harus menemkan benang merah ini, apapun garis takdir yang telah ditentukan pada perjalan cinta kita dalam menuntaskan misinya, kita harus menempatkan cinta kepada dzat yang telah menciptakan cinta, menyemainya ditamantaman peradaban, dan meniupkan ruhul qudus yang menghidupkannya, mekar menghiasi sejarah umat manusia dan mengharum sepanjang masa. Allah azza wajalla, diatas cinta jiwa macam ini. karena dengan seperti itu kita telah menghidupi cinta jiwa kita dengan sebuah misi yang pasti akan menghidupkannya, dan menjadikannya sumber kehidupan bagi kehidupan jiwa kita. Bukan begitu??
0 Response to "Tak semestinya hatiku merana"
Posting Komentar